Celoteh Tak Berjudul
Memaruh waktu meniti mimpi, dalam lamunan terhadir kisah sendu perjalanan sang pemimpi. Sehati tak sejiwa, senasib tak sepenanggungan. Isyarat waktu yang kian melontarkan pertanyaan “sampai mana kau berjalan ?” .
Seberapa banyak mimpi – mimpi yang mengaburkan akal sehat para penikmat alur cerita kehidupan ?
Seberapa besar keingannya memiliki mimpi yang jauh di akal ?
Tak banyak yang bisa diperbuat, tatkala harus jatuh ke dasar yang terdalam.
Tak banyak sisa – sisa kemahsyuran yang pernah singgah dalam keagungan kedigjayaan. Hampa dalam meliukkan roda – roda nasib saat tak lagi di atas awan. Dan ini semua tinggal cerita dalam kisah yang masih terus berlanjut untuk yang bertahan seiring waktu yang tak berujung dan tak berusai, sampai akhir nya terhenti oleh Sang Agung pemberi kehidupan.
-Salam Hangat-
Jakarta 11 Agustus 2011
10 Agustus 2011 pada 6:40 pm
Salam hangat juga. 🙂
SukaSuka
11 Agustus 2011 pada 11:43 pm
keren riez
puisi yang mengingatkan akan waktu yang tak boleh disiasiakan
SukaSuka
13 Agustus 2011 pada 6:32 am
Beuuh kereen..
Kata2nya keren abis 😀
SukaSuka
14 Agustus 2011 pada 7:56 pm
Kang ries ternyata juga seorang pujangga… 🙂
SukaSuka
17 Agustus 2011 pada 8:27 pm
(rock)
SukaSuka
26 September 2011 pada 1:50 am
wah lagi galau ni si bro. Urang maen empires yu 🙂
SukaSuka
31 Oktober 2011 pada 11:08 pm
Puisi ini bikin hati aku meleleh kayak es krem, kata-katanya bagus dan puitis banget..
SukaSuka
14 November 2015 pada 6:09 pm
Hanya karena kamu telah dapatkan cintanya tak berarti kamu berhenti melakukan hal yg kamu lakukan ketika berusaha dapatkannya
SukaSuka